Selasa, 13 September 2016
Minggu, 11 September 2016
Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS)
Disebut juga
Spektroskopi Serapan Atom (SSA). Absorbsi atom adalah spektroskopi atom yang
pertama kali dapat diandalkan untuk menganalisa adanya logam dalam sampel yang
berasal dari lingkungan.
Prinsip dasar AAS
Dalam AAS kita mengukur serapan (absorbsi) yang dialami oleh seberkas sinar
yang melalui kumpulan atom-atom. Serapan akan bertambah dengan bertambahnya
jumlah atom yang menyerap sinar tersebut.
Sinar tersebut bersifat monokromatis dan mempunyai panjang gelombang (λ)
tertentu. Suatu atom unsur X hanya bisa menyerap sinar yang panjang
gelombangnya sesuai dengan unsur X tersebut. Artinya, sifat menyerap sinar ini
merupakan sifat yang khas (spesifik) bagi unsur X tersebut. Misal : atom Cu
menyerap sinar dengan λ = 589,0 nm sedangkan atom Pb menyerap sinar dengan λ =
217,0 nm. Dengan menyerap sinar yang khas, atom tersebut tereksitasi (elektron
terluar dari atomnya tereksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi).
Hubungan antara serapan yang dialami oleh sinar dengan konsentrasi analit
dalam larutan standar bisa dipergunakan untuk menganalisa larutan sampel yang
tidak diketahui, yaitu dengan mengukur serapan yang diakibatkan oleh larutan
sampel tersebut terhadap sinar yang sama. Biasanya terdapat hubungan yang
linier antara serapan (A) dengan konsentrasi (c) dalam larutan
yang diukur dan koefisien absorbansi (a).
A
= a . b . c
Dari hukum
Lambert-Beer / Bouguer-Beer
”Bila cahaya monokromatis dilewatkan pada
media transparan maka berkurangnya
intensitas cahaya yang ditransmisikan sebanding dengan ketebalan (b) dan
konsentrasi larutan.”
Cara sederhana
untuk menemukan konsentrasi unsur logam dalam cuplikan adalah dengan dengan
membandingkan nilai absorbans (Ax) dari cuplikan dengan absorbansi zat standar
yang dikerahui konsentrasinya.
Ax = Cx
As = Cs
Dimana
Ax = absorban sampel
As = absorban standar
Cx = konsentrasi sampel
Cs = konsentrasi standar
Komponen – komponen Atomic
Absorption Spectrophotometer (AAS)
1.
Lampu
katoda berongga (Hollow Cathode Lamp)
Lampu katoda berongga
terdiri atas tabung gelas yang diisi
dengan gas argon (Ar) atau neon (Ne) bertekanan rendah (4-10 torr) dan di
dalamnya dipasang sebuah katoda berongga dan anoda. Rongga katoda berlapis
logam murni dari unsur obyek analisis. Misalnya : untuk pengukuran Fe
diperlukan lapisan logam Fe. Batang anoda terbuat dari logam wolfram / tungsten
(W).
2.
Ruang
pengkabutan (Spray Chamber)
Merupakan bagian di bawah
burner dimana larutan contoh diubah menjadi aerosol. Dinding dalam dari spray
chamber ini dibuat dari plastik / teflon. Dalam ruangan ini dipasang peralatan
yang terdiri atas :
a.
Nebulizer glass bead
atau impact bead (untuk memecahkan
larutan menjadi partikel butir yang halus)
b.
Flow spoiler (berupa
baling-baling berputar, untuk mengemburkan butir / partikel larutan yang kasar)
c.
Inlet dari fuel gas dan drain
port (lubang pembuangan)
3.
Pembakar
(Burner)
Merupakan alat dimana campuran gas (bahan bakar dan oksida) dinyalakan.
Dalam nyala yang bersuhu tinggi itulah terjadi pembentukan atom-atom analit
yang akan diukur. Alat ini terbuat dari logam yang tahan panas dan tahan
korosi. Desain burner harus dapat mencegah masuknya nyala ke dalam spray chamber.
Hal ini disebut ”blow back” dan amat berbahaya. Burner untuk nyala udara asetilen (suhu 2000 – 22000
C) berlainan dengan untuk nyala nitrous oksida-asetilen (suhu 2900 – 30000
C). Burner harus selalu bersih untuk menjamin kepekaan yang tinggi dan
kedapatulangan (repeatability) yang
baik.
4.
Monokromator & Slit (Peralatan optik)
Fungsi : untuk mengisolir sebuah resonansi dari sekian banyak spektrum yang
dihasilkan oleh lampu katoda berongga.
5.
Detektor
Detektor yang biasa digunakan dalam AAS ialah jenis photomultiplier tube, yang jauh lebih peka daripada
phototube biasa dan responnya juga sangat cepat (10-9 det).
Fungsinya untuk mengubah energi radiasi yng jatuh pada detektor menjadi sinyal
elektrik / perubahan panas.
6.
Lain-lain
a.
Pembuangan gas dan udara kotor (exhaust dust)
b.
Pipa saluran gas
Metode
Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS)
1.
Teknik
Nyala
- Hydride Generation (
analisis logam volatile : As, Sb, Se, Sb, Sn )
- Flame (
hampir semua logam, dalam ppm )
2.
Teknik
Tanpa Nyala
- Grafit Furnace (
hampir semua logam, dalam ppb )
- Cold Vapor (
khusus logam Hg )
1. Metode
Nyala ( Flame )
Sampel diaspirasikan ke spray chamber
lewat kapiler dari nebulizer. Penyedotan ini akibat efek tekanan gas oksidan
yang masuk ke nebulizer. Aliran larutan
ini keluar kapiler dengan kecepatan tinggi dan segera menumbuk silica glass bead di depannya sehingga
terpecahlah larutan membentuk butir-butir kabut. Kabut ini bercampur dengan gas membentuk aerosol.
Setelah proses pengkabutan, campuran gas naik menuju burner maka terjadi
proses pemanasan dan pengatoman. Setelah itu terjadi penyerapan sinar
oleh atom, banyaknya sinar yang diserap berbanding lurus dengan kadar zat.
2. Metode
Tanpa Nyala ( Flameless )
Atomisasi tanpa nyala dilakukan dengan energi listrik pada batang karbon
yang biasanya berbentuk tabung grafit. Contoh diletakkan dalam tabung grafit
dan listrik dialirkan melalui tabung
tersebut sehingga tabung dipanaskan dan contoh akan teratomisasikan.
Temperatur tabung grafit dapat diatur dengan merubah arus listrik yang
dialirkan, sehingga kondisi temperatur optimum untuk setiap macam contoh /
unsur yang dianalisa dapat dicapai dengan mudah.
3. Metode
Cold Vapor
Pada metode ini senyawa raksa ( Hg ) dalam contoh uji dioksidasikan
dengan penambahan KmnO4 menjadi Hg2+ pada proses
destruksi ( dengan waterbath ) pada suhu 950 C, proses
destruksi dilakukan dalam suasana asam Hg2+ yang terbentuk direduksi
oleh SnCl2 menjadi Hg0 ( uap Hg ). Kemudian atom netral
tersebut akan menguap sebagai atom-atom bebas dan didorong oleh udara ke sel.
Jika cahaya dengan panjang gelombang lampu katoda Hg melalui sel, maka sinar
yang diabsorbsi oleh Hg berbanding lurus dengan kadar Hg.
Langganan:
Postingan (Atom)